-->

Jurus Penangkal Sihir 1: Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatannya

Jurus Penangkal Sihir 1: Berlindung Kepada Allah Dari Kejahatannya

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ. مِن شَرِّ مَا خَلَقَ. وَمِن شَرِّ غَاسِقٍ إِذَا وَقَبَ. 
وَمِن شَرِّ النَّفَّاثَاتِ فِي الْعُقَدِ. وَمِن شَرِّ حَاسِدٍ إِذَا حَسَدَ.

“Katakanlah: Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai waktu subuh, dari kejahatan makhluk-Nya, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan wanita-wanita tukang si­hir yang menghembus pada buhul-buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki" (QS. AlFalaq)

Meminta perlindungan kepada Allah سبحانه و تعالي ser­ta naungan dari-Nya merupakan inti daripada surat ini. Allah Ta'ala Maha Mendengar terha­dap bisikan hamba yang berlindung kepada-Nya, Ia Maha Mengetahui atas apa yang daripadanya si hamba berlindung kepada-Nya.

Maksud dari kata 'mendengar' di sini ialah mendengar sekaligus mengabulkan dan bukan sekedar mendengar. Sebagaimana sabda Nabi:

سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ

"Allah mendengar (memperkenankan) doa orang yang memuji-Nya."

Demikian juga perkataan Al-Khalil (Ibrahim):

إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاء

"Sesungguhnya Tuhanku benar-benar mendengar (memperkenankan) doa" (QS. Ibrahim: 39)

Kadang kala Allah mengaitkan sifat men­dengar dengan sifat mengetahui dan kadang ka­la mengaitkannya dengan sifat melihat. Hal ini sesuai dengan tuntutan keadaan orang yang berlindung kepada-Nya. Tatkala seorang ham­ba minta perlindungan atas musuh yang dia ta­hu bahwa Allah melihatnya dan tahu akan kejahatan dan tipu dayanya, maka Allah mengabar­kan kepada hamba tersebut bahwa Ia mende­ngar permintaannya - yakni memperkenankan­nya — dan Ia tahu akan tipu daya musuhnya, Ia melihat dan mengawasinya, sehingga besarlah harapan si hamba akan perlindungan Allah dan hatinya pun tergerak untuk bermunajat kepa­da-Nya.

Cobalah anda renungkan kecermatan bahasa Al-Qur'an ketika menyinggung tentang bagai­mana meminta perlindungan dari syaithan yang kita yakini keberadaannya namun tidak kita lihat wujudnya, dengan menggunakan lafazh: السََّمِيعُ العَلِيم yang berarti: 'Yang Maha Mende­ngar lagi Maha Mengetahui', sebagaimana yang terdapat dalam surat Al A'raf dan As Sajdah.

Namun ketika menyinggung tentang bagai­mana meminta perlindungan dari kejahatan ma­nusia yang terlihat dengan mata, ia mengguna­kan lafazh: السََّمِيعُ البَصِيرُ yang berarti: 'Yang Ma­ha Mendengar lagi Maha Melihat', sebagaimana dalam surat Al Mu'min (Ghafir). Allah ber­firman:

إِنَّ الَّذِينَ يُجَادِلُونَ فِي آيَاتِ اللَّهِ بِغَيْرِ سُلْطَانٍ أَتَاهُمْ إِن فِي صُدُورِهِمْ إِلَّا كِبْرٌ 
مَّا هُم بِبَالِغِيهِ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

"Sesungguhnya orang-orang yang memperdebat­kan tentang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak ada dalam dada mereka melainkan (keinginan akan) kebesaran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, maka mintalah perlindungan kepada Allah, sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS. Ghafir:56).

Hal ini karena perbuatan manusia adalah perbuatan yang kasat mata, sedangkan ganggu­an syaithan merupakan angan-angan dan bisi­kan yang dicampakkan ke dalam hati manusia, dan ini berkaitan dengan sifat 'mengetahui'. Maka dalam hal ini Allah memerintahkan un­tuk meminta perlindungan kepada Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Mengetahui. Ada­pun untuk sesuatu yang kasat mata dan dapat dengan penglihatan. Allah perintahkan untuk meminta perlindungan kepada Dzat Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Wallahu a'lam. 

ﻓﺼﻞ ﺍﻧﺪﻓﺎﻉ ﺷﺮ ﺍﻟﺤﺎﺳﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺤﺴﻮﺩ


ﻭﻳﻨﺪﻓﻊ ﺷﺮ ﺍﻟﺤﺎﺳﺪ ﻋﻦ ﺍﻟﻤﺤﺴﻮﺩ ﺑﻌﺸﺮﺓ ﺃﺳﺒﺎﺏ: 

ـ ﺃﺣﺪﻫﺎ ﺍﻟﺘﻌﻮﺫ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻣﻦ ﺷﺮﻩ ﻭﺍﻟﺘﺤﺼﻦ ﺑﻪ ﻭﺍﻟﻠﺠﺄ ﺇﻟﻴﻪ، ﻭﻫﻮ ﺍﻟﻤﻘﺼﻮﺩ ﺑﻬﺬﻩ ﺍﻟﺴﻮﺭﺓ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﺳﻤﻴﻊ ﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺗﻪ ﻋﻠﻴﻢ ﺑﻤﺎ ﻳﺴﺘﻌﻴﺬ ﻣﻨﻪ، ﻭﺍﻟﺴﻤﻊ ﻫﻨﺎ ﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻪ ﺳﻤﻊ ﺍﻹﺟﺎﺑﺔ ﻻ ﺍﻟﺴﻤﻊ ﺍﻟﻌﺎﻡ، ﻓﻬﻮ ﻣﺜﻞ ﻗﻮﻟﻪ : ‏« ﺳﻤﻊ ﺍﻟﻠﻪ ﻟﻤﻦ ﺣﻤﺪﻩ ‏» ﻭﻗﻮﻝ ﺍﻟﺨﻠﻴﻞ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠّﻢ } : ﺇﻥ ﺭﺑﻲ ﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ { ‏( ﺳﻮﺭﺓ ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺍﻵﻳﺔ 39 ‏) ، ﻭﻣﺮﺓ ﻳﻘﺮﻧﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ ﻭﻣﺮﺓ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮ، ﻻﻗﺘﻀﺎﺀ ﺣﺎﻝ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻴﺬ ﺫﻟﻚ، ﻓﺈﻧﻪ ﻳﺴﺘﻌﻴﺬ ﺑﻪ ﻣﻦ ﻋﺪﻭ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﺮﺍﻩ، ﻭﻳﻌﻠﻢ ﻛﻴﺪﻩ ﻭﺷﺮﻩ، ﻓﺄﺧﺒﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻴﺬ ﺃﻧﻪ ﺳﻤﻴﻊ ﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺗﻪ، ﺃﻱ ﻣﺠﻴﺐ ﻋﻠﻴﻢ ﺑﻜﻴﺪ ﻋﺪﻭﻩ ﻳﺮﺍﻩ ﻭﻳﺒﺼﺮﻩ، ﻟﻴﻨﺒﺴﻂ ﺃﻣﻞ ﺍﻟﻤﺴﺘﻌﻴﺬ ﻭﻳﻘﺒﻞ ﺑﻘﻠﺒﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ .

ﻭﺗﺄﻣﻞ ﺣﻜﻤﺔ ﺍﻟﻘﺮﺁﻥ ﻛﻴﻒ ﺟﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻧﻌﻠﻢ ﻭﺟﻮﺩﻩ ﻭﻻ ﻧﺮﺍﻩ ﺑﻠﻔﻆ } ﺍﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ { ﻓﻲ ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ ﻭﺣﻢ ﺍﻟﺴﺠﺪﺓ، ﻭﺟﺎﺀﺕ ﺍﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﻣﻦ ﺷﺮ ﺍﻹﻧﺲ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺆﻧﺴﻮﻥ ﻭﻳﺮﻭﻥ ﺑﺎﻷﺑﺼﺎﺭ ﺑﻠﻔﻆ } ﺍﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﺒﺼﻴﺮ { ﻓﻲ ﺳﻮﺭﺓ ﺣﻢ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ، ﻓﻘﺎﻝ : } ﺇﻥ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﺠﺎﺩﻟﻮﻥ ﻓﻲ ﺁﻳﺎﺕ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻐﻴﺮ ﺳﻠﻄﺎﻥ ﺃﺗﺎﻫﻢ ﺇﻥ ﻓﻲ ﺻﺪﻭﺭﻫﻢ ﺇﻻ ﻛﺒﺮ ﻣﺎ ﻫﻢ ﺑﺒﺎﻟﻐﻴﻪ ﻓﺎﺳﺘﻌﺬ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﺇﻧﻪ ﻫﻮ ﺍﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﺒﺼﻴﺮ { ‏( ﺳﻮﺭﺓ ﻏﺎﻓﺮ ﺍﻵﻳﺔ 56 ‏) ﻷﻥ ﺃﻓﻌﺎﻝ ﻫﺆﻻﺀ ﺃﻓﻌﺎﻝ ﻣﻌﺎﻳﻨﺔ ﺗﺮﻯ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮ . ﻭﺃﻣﺎ ﻧﺰﻉ ﺍﻟﺸﻴﻄﺎﻥ ﻓﻮﺳﺎﻭﺱ ﻭﺧﻄﺮﺍﺕ ﻳﻠﻘﻴﻬﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ﻳﺘﻌﻠﻖ ﺑﻬﺎ ﺍﻟﻌﻠﻢ، ﻓﺄﻣﺮ ﺑﺎﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﺑﺎﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﻌﻠﻴﻢ ﻓﻴﻬﺎ، ﻭﺃﻣﺮ ﺑﺎﻻﺳﺘﻌﺎﺫﺓ ﺑﺎﻟﺴﻤﻴﻊ ﺍﻟﺒﺼﻴﺮ ﻓﻲ ﺑﺎﺏ ﻣﺎ ﻳﺮﻯ ﺑﺎﻟﺒﺼﺮ ﻭﻳﺪﺭﻙ ﺑﺎﻟﺮﺅﻳﺔ، ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .


[Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah]


Sumber:

www.ibnumajjah.wordpress.com

www.sahab.net

#

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter