-->

Heboh Sholawat Pancasila, Siapa Pelakunya?

Heboh Sholawat Pancasila, Siapa Pelakunya?


Setelah heboh video sekelompok jamaah yang membaca Pancasila dan melantunkan Hubbul Wathon saat sa'i, kini ada sekelompok orang yang melafalkan 'Shalawat Pancasila'.



Geger Video Ritual Shalawat Nabi Muhammad Diganti Pancasila



Dunia maya dihebohkan dengan beredarnya video ritual shalawatan sekelompok orang di media sosial.


Video tersebut menunjukkan sekelompok orang yang thawaf dengan membaca shalawat, namun shalawat yang harusnya ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW diganti dengan Shalawat kepada Pancasila, Indonesia, dan Nusantara.


Dalam video ritual yang diunggah akun Twitter Laskar Pembela Islam @.DPP_LPI itu, sekelompok orang berjalan mengelilingi bendera Merah Putih dan Lambang Negara Burung Garuda di dalam petak yang dikelilingi lilin yang menyala.



Dalam petak itu ada kelapa, batu, dan keris, serta benda-benda ritual lainnya. Mereka berjalan berlawanan dengan arah jarum jam seperti thawaf mengelilingi Ka’bah.



Saat berkeliling mereka mengumandangkan shalallah ‘ala Pancasila, shalallah ‘ala Indonesia, shalallah ‘ala Nusantoro. Mereka berkeliling tujuh kali dalam ritual berdurasi lima menit itu.



Usai ritual thawaf, mereka kembali membaca shalawat normal, Allahumma shali ‘ala Muhammad. “Allahumma Shali ‘ala Muhammad!” teriak mereka sambil mengepalkan tangan. Teriakan itu diulang tiga kali.

“Waspadai kelompok ANUS, mulai menyebarkan ritual sesat! WAJIB mencintai Indonesia, WAJIB bela Indonesia dan WAJIB Jaga Indonesia, tp bukan dengan melecehkan Sholawat!!”, Tulis akun LPI.


Beredarnya video ritual terebut sontak mengundang komentar dan kecaman dari warganet.



“Penistaan Agama..! Agama koq dijadikan mainan…klo nggak ngerti ya belajar dulu sama yg ngerti bukan sama org yg paling bodoh,” kata akun Azhar Matang.



“Dulu Baginda Nabi Muhammad SAW, sudah berjuang habis²an untuk kemaslahatan umatnya di muka bumi ini, tp org² BODOH ini malah melecehkan shalawat..Astagfirulloha’adzim..,” tulis akun @anggase90189847.



”Innallilahi…Secara tidak langsung mereka sudah melecehkan Sholawat NABI MUHAMMAD 😭 Datang nya dari mana makhluk2 ini,” kata akun @Bhatosai666.



Polisi Larang Ritual Kebangsaan Lantunkan Shalawat Pancasila



Kepolisian Sektor (Polsek) Lakarsantri Surabaya melarang kegiatan ritual kebangsaan dengan menyanyikan Shalawat Pancasila. Ritual itu sebelumnya dilakukan oleh komunitas dari Paguyuban Sawunggaling di Surabaya pada Januari 2018.



"Persoalannya komunitas Paguyuban Sawunggaling ini mengunggah video saat menggelar ritual kebangsaan itu dengan menyanyikan Shalawat Pancasila yang kemudian beberapa hari terakhir ini viral di media sosial," ujar Kepala Polsek Lakarsantri Surabaya Komisaris Polisi Dwi Heri di Surabaya, Selasa (6/3).

Viralnya video tersebut dikhawatirkan berpotensi menimbulkan konflik dengan kelompok masyarakat. "Terlebih ritual kebangsaan dengan Shalawat Pancasila ini digelar di situs cagar budaya Makam Sawunggaling, wilayah Lakarsantri, yang lokasinya berdekatan dengan Masjid Al Kubro," katanya.


Sehingga, Polsek Lakarsantri merasa harus mengumpulkan pihak-pihak terkait untuk meredam agar video yang telah viral tidak berujung konflik.

"Kami pertemukan pihak dari komunitas Paguyuban Sawunggaling serta tokoh masyarakat dan pemuka agama di wilayah Lakarsantri kemarin malam," ujarnya.

Pertemuan itu juga dihadiri dari oleh Sekretaris Majelis Ulama Indonesia Kota Surabaya Muhaimin Ali. "Istilahnya, dalam pertemuan ini kita tabayun atau mengonfirmasi kepada Paguyuban Sawunggaling, kenapa dalam ritual ini menggubah Shalawat Nabi menjadi Shalawat Pancasila," katanya.


Dwi memaparkan, Paguyuban Sawunggaling dalam pertemuan itu mengungkapkan tidak ada maksud Salawat Pancasila yang digubah dari lagu Shalawat Nabi yang dilantunkan dalam ritual kebangsaan tersebut menghina kelompok masyarakat tertentu. "Mereka menyatakan tidak tahu kalau videonya kemudian viral dan menuai tanggapan," ujarnya.



Hasil tabayun akhirnya disepakati agar Paguyuban Sawunggaling tidak mengulangi lagi melagukan Shalawat Pancasila dalam melakukan aktivitas ritualnya.



"Mereka tetap boleh menggelar ritual kebangsaan di situs cagar budaya Makam Sawunggaling. Hanya saja, demi menjaga situasi agar tetap kondusif, tidak diperbolehkan melagukan Shalawat Pancasila. Paguyuban Sawunggaling menyatakan sanggup tidak mengulanginya," ucapnya.



Siapa Pelaku Shalawat Pancasila?



Andi Bocor salah satu yang terlibat di dalam video tersebut mengakui memang benar video tersebut merupakan ritual milik paguyubannya. Ritual itu dilakukan di aula Makam Sawunggaling di kawasan Lidah Wetan 3 Lakarsantri.



"Iya benar, saat itu tanggal 18 Januari 2018. Kami tujuannya berdoa atas rahmat dan kami berterima kasih untuk Indonesia juga dan terhadap lima sila pancasila dan secara luas nusantara," kata Andi saat ditemui detikcom , Senin (6/3/2018).

Andi menyebut bahwa kalimat selawat yang dibacakan dalam ritual itu adalah Shollallohu 'ala Pancasila, Shollallohu 'ala Indonesia, dan Shollallohu 'ala nusantara.


Andi mengatakan ritual tersebut hanya dilakukan sekali dan mengaku tidak akan ada lagi ritual itu. Andi bercerita, ritual itu dilakukan untuk memfasilitasi seorang tamu asal Mojokerto yang dianggap sebagai paranormal. Tamu tersebut menjelaskan tentang ritual itu, lengkap dengan bacaan selawat yang dianggap menyimpang tersebut.



Ritual itu menurut sang tamu harus dilakukan untuk menjaga bangsa ini. Penjelasan sang tamu dianggap logis oleh Andi dan rekan-rekannya. Dan akhirnya digelar lah ritual tersebut.

"Hanya sekali saja, kebetulan waktu itu ada tamu yang datang menginginkan untuk menggelar acara itu. Kami sebagai tuan rumah bisa memahami ritual itu. Dan akhirnya kami gelar, videonya disuruh nyebarkan," kata Andi.


Andi mengaku bahwa dirinya dan rekan-rekannya juga rutin menggelar selawatan. Selawatan yang digelarnya dilakukan mulai pukul 20.00 WIB hingga 21.00 WIB. "Biasanya kami gelar selawat biasa, tidak ada tambahan kata-kata lain," tandas Andi.



Larangan Menjadikan Allah, Al-Quran, dan Rasul-Nya Sebagai Guyonan


Firman Allah Ta'ala (artinya):
"Dan jika kamu tanyakan kepada orang-orang munafik (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersendau gurau dan bermain-main saja." Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu telah kafir sesudah beriman..."." (Bara'ah/At-Taubah: 65-66)


Diriwayatkan dari Ibnu 'Umar, Muhammad bin Ka'b, Zaid bin Aslam dan Qatadah, hadits dengan rangkuman sebagai berikut:

"Bahwasanya ketika dalam peristiwa perang Tabuk, ada seseorang yang berkata: "Belum pernah kami melihat seperti para ahli baca Al-Qur'an ini, orang yang lebih buncit perutnya, lebih dusta lisannya dan lebih pengecut dalam peperangan." (Maksud orang tersebut adalah: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam dan para sahabat yang ahli baca Al-Qur'an itu). 

Maka berkatalah 'Auf bin Malik kepadanya: "Omong kosong yang kamu katakan. Bahkan kamu adalah munafik. Niscaya akan kuberitahukan kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam." 

Lalu pergilah 'Auf kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam untuk memberitahukan hal tersebut kepada beliau. Tetapi sebelum ia sampai, telah turun wahyu Al-Qur'an kepada beliau. Dan ketika orang itu (yang mengolok-olok Rasulullah) datang kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, beliau telah beranjak dari tempatnya dan menaiki untanya. Maka berkatalah ia kepada Rasulullah: 
"Ya Rasulullah! Sebenarnya kami hanyalah bersendau gurau dan mengobrol sebagaimana obrolan orang-orang yang bepergian jauh sebagai pengisi waktu saja dalam perjalanan kami." 
Kata Ibnu 'Umar: "Sepertinya aku melihat dia berpegangan pada sabuk pelana unta Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam, sedang kedua kakinya tersandung-sandung batu, sambil berkata: "Sebenarnya kami hanyalah bersendau-gurau dan bermain-main saja." 

Lalu Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersabda kepadanya:
"Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok.."
Beliau mengucapkan itu tanpa menengok dan tidak bersabda kepadanya lebih daripada itu."


Sumber:

Republika.co.id
pojoksatu.id
Gatra.com
Detik.com
gudangfatwa.blogspot.com

#

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter