-->

Tips Agar Amal Diterima

Siapa orangnya yang tidak akan merasa sangat mendongkol dan kecewa jika usaha yang sudah bertahun-tahun dikerjakan dan digeluti tapi hasilnya nol besar. Tidak membuahkan hasil sama sekali. Padahal kita sudah merasa dan yakin benar bahwa jalan yang kita tempuh sudah pas, sudah sesuai prosedur menuju sukses sebagaimana yang telah dijalankan oleh orang lain yang sudah sukses duluan.

Begitu juga dengan amal kita. Siapa orangnya yang tidak akan merasa sangat menyesal dan kecewaaaaaaa jika amal baiknya yang sudah bertahun-tahun dikerjakan di dunia tapi hasilnya di akhirat nihil alias tidak diterima oleh Allah ‘azza wa jalla? Padahal kita sudah merasa dan yaqiiiiin benar bahwa amalan kita itu baik dan benar. Bahkan bukan balasan surga yang diterima, tapi malah justru mendapatkan hadiah siksa di neraka. Na’udzu billah min dzalik.

Bila amal baik yang kita kerjakan di dunia rupanya tidak diterima oleh Allah subhanahu wa ta’ala, pasti ada yang salah dengan diri kita. Allah  subhanahu wa ta’ala selamanya tidak akan berbuat curang, berbuat zalim dengan amal perbuatannya hambaNya. Tapi hamba-hambaNya lah yang sering zalim pada diri mereka sendiri. Amal walaupun sekecil biji atom atau biji sawi pun pasti akan mendapat balasan baiknya asal memenuhi syarat untuk diterima. Begitupun sebalikya, amal buruk sekecil itu pun akan memperolah sanksinya. Hanya luar biasanya, jika satu amal perbuatan baik akan dilipatgandakan sampai 10 kali catatan pahalanya, sedang amal kejelekan 1 kali, dicatat cuma satu kali. Maasyaa-allah! 

Nah, agar kelak diakhirat kita tidak termasuk orang-orang yang amat-amat super galau sekali karena amal baik di dunia ditolak oleh Allah ‘azza wa jalla, berikut ada tips agar kebaikan apa saja yang kita lakukan (seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan amal-amal baik atau shalih lainnya) diterima oleh Allah ‘azza wa jalla:

1. Ikhlas
Ikhlas adalah mengosongkan tujuan bertaqorrub (mendekatkan diri) kepada Allah dari segala sesuatu yang dapat mengotori atau merusak tujuan tersebut. Semua Amal tergantung niatnya. Akan dibalas sesuai dengan niat tujuannya. Amal ibadah yang kita lakukan wajib diniatkan karena Allah semata. Jika ibadah yang seharusnya diniatkan karena Allah tapi malah ditujukan karena yang lainnya, maka amal kita akan terhapus pahalanya alias sia-sia. 

Misal, kita shalat dikhsuyu’-khusyu’kan karena dilihat orang lain, mertu atau calon mertua agar kita dianggap sebagai orang yang alim dan khusyu’, maka shalat kita sia-sia. Karena tujuan kita adalah agar dianggap wahhh! oleh orang lain, oleh mertu atau calon mertua kita. Atau kita menyumbang uang ke masjid atau pantai asuhan dengan jumlah nominal yang sangat buesar buanget, tapi tujuan atau maksud kita agar dianggap orang paling kaya, paling dermawan, dan sebagainya. Seperti ini juga tidak akan dianggap amalnya. Justru kelak di akhirat orang-orang seperti ini akan disuruh pergi menemui orang-orang yang dijadikan tujuan dalam amal ibadahnya di dunia. Diperintahkan menemui mereka untuk melihat, apakah ada balasan pahala yang akan didapat dari mereka.

Ringkasnya, tidaklah kita diperintahkan oleh Allah ‘azza wa jalla kecuali untuk memurnikan, untuk berbuat ikhlas semata karena Allah dalam seluruh amal ibadah yang kita kerjakan. Jadi tips pertama yang harus dikerjakan agar amal ibadah yang kita lakukan itu maqbul (diterima Allah) maka harus melaksanakannya secara ikhlas, semata-mata karena mengharap ridho Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Ittiba’ur Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Ittiba’ur Rasul artinya mengikuti Rasul. Mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh Rasul. Seikhlas apapun amal ibadah yang kita lakukan, jika tidak sesuai juklak (petunjuk pelaksanaan) dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam maka juga akan menghasilkan amalan yang sia-sia.

Misal, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengajari bahwa shalat subuh itu dua rakaat. Berhubung merasa pagi-pagi adalah waktu yang fits karena baru istirahat panjang, baru bangun tidur, maka shalat shubuhnya dibuat enam rakaat. Meskipun shalat shubuh yang enam rakaat tersebut dikerjakan murni semata-mata karena Allah, akhirnya tetap juga tidak akan diterima oleh Allah ‘azza wa jalla karena tidak sesuai dengan apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan bisa mendapat dosa, yakni dosa karena menyelisihi ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. 

ITC yakin, jika kita MELAKSANAKAN SEMUA AMAL IBADAH yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi, tidak akan sanggup! Jika ada yang sanggup paling segelintir orang saja. Jadi jika kita tidak sanggup melaksanakan SEMUA YANG DIAJARKAN RASUL shallallahu ‘alaihi wa sallam apa masih perlu kita melaksanakan amal ibadah yang tidak beliau ajarkan? YANG SUDAH DIAJARKAN, DICONTOHKAN OLEH NABI shallallahu ‘alaihi wa sallam SAJA BELUM SEMUANYA DAPAT DIKERJAKAN, TAPI MALAH MENGERJAKAN APA YANG TIDAK BELIAU AJARKAN. Apakah kita menganggap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lupa atau menyembunyikan risalah yang harusnya disampaikan sehingga kita anggap kurang komplit terus kita tambah-tambah dengan ajaran baru dengan aggapan agar lebih komplit? Na’udzu billah min dzaalik. 

Demikian tips agar kebaikan apa saja yang kita lakukan, amal ibadah apa saja yang kita lakukan (seperti sholat, puasa, zakat, haji, dan amal-amal baik atau shalih lainnya) diterima oleh Allah ‘azza wa jalla. Semoga investasi keshalihan yang kita tanam di dunia ini menghasilkan ridho Allah ta’ala, sehingga semuanya diterima dengan tangan terbuka olehNya. Aamiin.

Sumber rujukan:
Al-Quran al-Karim
Ar-Bain An-Nawawiyyah lil Imam An-Nawawi asy-Syafi’iyy
Tazkiyyatun Nufus lid Duktur Ahmad Farid

#

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter