Keluarkan Selalu Energi Positifmu, Niscaya Kebaikan yang Berbalik Pada Dirimu
Waktu itu, dalam perjalanan arah balik dari kantor Imigrasi Jl. Tendean ke Tebet Timur, ditengah jalan ternyata hujan turun deras sekali.
Saya terpaksa meneduh dibawah jalan layang, karena saking derasnya hujan dan ada puluhan motor melakukan hal yang sama.
Disamping saya, ada seorang ayah yang juga memarkirkan motor bebeknya.
Ia kemudian berdiri disamping saya.
Dia seorang ayah dengan anaknya berusia kurang lebih 10-12 tahun.
Sang anak badan-nya sudah kuyup berdiri merapat badannya ke ayah-nya, tampaknya kedinginan.
Posisi kami yang disisi jalanan dan meletakan motor dipinggir jalan (raya) membuat jalanan menjadi menyempit dan menjadi agak macet bagi pengendara mobil.
Karena deras, air menggenang naik cepat sehingga sejajar trotoar tempat kami berdiri.
Tiba-tiba, ada mobil *Avanza* melaju dengan kecepatan tinggi di dekat kami.
Hal itu membuat siraman air kotor muncrat membasahi hingga tubuh kami.
Semua orang menghujat seketika.
Termasuk saya dan sang anak kecil di samping ayahnya tadi !.
Nampak sang ayah berusaha menenangkan anaknya.
Saya yang berdiri disampingnya tak kuasa untuk tidak mendengarkan percakapan ayah dan anak ini.
_"Sudah nak, jangan marah-marah memaki begitu, gak baik itu, hayo sabar dan memaafkan"_ kata ayahnya santun walupun separuh kakinya juga terkena muncratan air.
_"Tapi dia kurang ajar, Pa !"_ dia kotori orang-orang, si anak berargumen.
_"Sombong bener pakai mobil tanpa menghargai orang"_
_"Ya sudah, selesaikan marahnya ya._
_Marah dan memaki itu tidak pernah menyelesai-kan masalah"_ sang ayah berkata tetap dengan nada santun.
_"Begini Nak, kita marah itu mengeluarkan *energy negative* dari diri kita._
_Ingat, dunia ini bulat ...... dan ingat satu lagi *energy itu kekal.*_
_Sekali energy itu tercipta, mereka akan terus ada dan karena kehidupan itu berputar, energy itu akan *kembali ke diri kita sendiri*"_
_"Apa yang kamu *berikan* pasti akan *kembali* lagi ke kamu._
_Jadi kalau kamu memberikan *kebaikan* kepada semesta, kepada orang lain, sesungguhnya kamu memberikan *kebaikan kepada diri kamu sendiri.*_
_Kalau kamu memberikan energy *negative* kepada orang lain, sesungguhnya kamu sedang memberikan *"kesialan"* dalam hidupmu"._
Saya terdiam termangu mendengarkan dan sang ayah melanjutkan.
_"Mulai sekarang kamu harus bisa mengeluarkan *energy hanya yang positif saja*_
_Misalnya, *doakan* orang tadi agar selamat sampai di rumah._
_Ingat selalu *Ikhlas* dalam berdoa, *ikhlas itu energynya positif.*_
_*Doakan* semua orang yang berteduh di sekeliling sini juga agar selamat sampai dirumah dan tidak terkena penyakit"._
_*'Doakan* pengemis dipinggir jalan._
_*Doakan* apa yang kamu lihat._
_*Doakan* anak sekolah yang baru pulang._
_*Doakan* tukang sapu jalanan._
_*Doakan anak2 yatim-piatu yang sangat membutuhkan bantuan mu*_
_*Jadi semua yang kamu lihat doakan.*_
_Percayalah hidupmu akan *lurus, mudah, dan selamat dunia akhirat".*_
_"Mama mu juga demikian, bahkan selagi menanak Nasi dia *berdoa*, dia ucapkan doa baik buat *Petani yang menanam, doakan Pedagang yang berjualan, doakan Pengendara yang membawa beras ini, doakan Petani yang menggiling padi menjadi beras".*_
_"Bahkan Ikan yang dimasakpun mama selalu mendoakan, sehingga *apa yg kita makan sudah di syukuri sudah di ikhlaskan*, sudah di seimbangkan._
_Kamu ngerti kan ?"_
Sang ayah mencoba menekankan perkataannya agar si anak faham.
Anak tadi termangu, begitupun saya yang turut mendengar.
Tak lama ayahnya menerima telpon tanpa saya jelas mendengar percakapanya, hanya beberapa kata terdengar oleh saya : ....... _"Iya, saya dibawah fly over, iya, iya, iya ..."._ hanya itu yang saya dengar.
_"Berapa ? ....... 5 menit, iya kami tunggu"._
Hujan tidak reda juga dan enam menit kemudian, sebuah *Alphard* warna hitam tepat berhenti didepan mereka dan pintu terbuka.
_"Mamaaa .....!!!!"_ kata sang anak sambil naik kemobil tersebut.
Kemudian supir mobil tersebut keluar, bertukar posisi dengan sang ayah.
Sang supir membawa motor dan sang ayah mengemudikan mobil tersebut.
Saya termangu lama menyaksikan fenomena ini, ada beberapa orang juga yang memperhatikan seperti saya.
Sang ayah santun sekali, karena kami semua *disapa* dengan kalimat, _"permisi, mohon maaf ya, kami duluan, permisi"_.
Hampir ke semua orang yang ada disekitar dia dan ada beberapa yang dia salami.
Melihat itu pikiran saya melayang, eehhhmmm ....... rupanya ini *TRAINING DAY* sang ayah ke anaknya untuk melihat sisi lain dari kehidupan, entah mengapa saya merasa malu, saya tutup wajah saya dengan helm, saya senang sekali pelajaran *parenting* yang diajarkan olehnya ke anaknya.
Saya berkata dalam hati, _*"Terima kasih yaa Allah ..... Alhamdulillah, hari yang luar biasa untuk pelajaran Mu yang didapat"*_
*Berpikir dan berkata positif tentang orang lain ataupun untuk diri sendiri itu penting...Karena pikiran positif dan perkataan positif akan kembali kepada dirimu sendiri.* . . .
Barakallahu fiikum🙏🏽🙏🏽
Waktu itu, dalam perjalanan arah balik dari kantor Imigrasi Jl. Tendean ke Tebet Timur, ditengah jalan ternyata hujan turun deras sekali.
Saya terpaksa meneduh dibawah jalan layang, karena saking derasnya hujan dan ada puluhan motor melakukan hal yang sama.
Disamping saya, ada seorang ayah yang juga memarkirkan motor bebeknya.
Ia kemudian berdiri disamping saya.
Dia seorang ayah dengan anaknya berusia kurang lebih 10-12 tahun.
Sang anak badan-nya sudah kuyup berdiri merapat badannya ke ayah-nya, tampaknya kedinginan.
Posisi kami yang disisi jalanan dan meletakan motor dipinggir jalan (raya) membuat jalanan menjadi menyempit dan menjadi agak macet bagi pengendara mobil.
Karena deras, air menggenang naik cepat sehingga sejajar trotoar tempat kami berdiri.
Tiba-tiba, ada mobil *Avanza* melaju dengan kecepatan tinggi di dekat kami.
Hal itu membuat siraman air kotor muncrat membasahi hingga tubuh kami.
Semua orang menghujat seketika.
Termasuk saya dan sang anak kecil di samping ayahnya tadi !.
Nampak sang ayah berusaha menenangkan anaknya.
Saya yang berdiri disampingnya tak kuasa untuk tidak mendengarkan percakapan ayah dan anak ini.
_"Sudah nak, jangan marah-marah memaki begitu, gak baik itu, hayo sabar dan memaafkan"_ kata ayahnya santun walupun separuh kakinya juga terkena muncratan air.
_"Tapi dia kurang ajar, Pa !"_ dia kotori orang-orang, si anak berargumen.
_"Sombong bener pakai mobil tanpa menghargai orang"_
_"Ya sudah, selesaikan marahnya ya._
_Marah dan memaki itu tidak pernah menyelesai-kan masalah"_ sang ayah berkata tetap dengan nada santun.
_"Begini Nak, kita marah itu mengeluarkan *energy negative* dari diri kita._
_Ingat, dunia ini bulat ...... dan ingat satu lagi *energy itu kekal.*_
_Sekali energy itu tercipta, mereka akan terus ada dan karena kehidupan itu berputar, energy itu akan *kembali ke diri kita sendiri*"_
_"Apa yang kamu *berikan* pasti akan *kembali* lagi ke kamu._
_Jadi kalau kamu memberikan *kebaikan* kepada semesta, kepada orang lain, sesungguhnya kamu memberikan *kebaikan kepada diri kamu sendiri.*_
_Kalau kamu memberikan energy *negative* kepada orang lain, sesungguhnya kamu sedang memberikan *"kesialan"* dalam hidupmu"._
Saya terdiam termangu mendengarkan dan sang ayah melanjutkan.
_"Mulai sekarang kamu harus bisa mengeluarkan *energy hanya yang positif saja*_
_Misalnya, *doakan* orang tadi agar selamat sampai di rumah._
_Ingat selalu *Ikhlas* dalam berdoa, *ikhlas itu energynya positif.*_
_*Doakan* semua orang yang berteduh di sekeliling sini juga agar selamat sampai dirumah dan tidak terkena penyakit"._
_*'Doakan* pengemis dipinggir jalan._
_*Doakan* apa yang kamu lihat._
_*Doakan* anak sekolah yang baru pulang._
_*Doakan* tukang sapu jalanan._
_*Doakan anak2 yatim-piatu yang sangat membutuhkan bantuan mu*_
_*Jadi semua yang kamu lihat doakan.*_
_Percayalah hidupmu akan *lurus, mudah, dan selamat dunia akhirat".*_
_"Mama mu juga demikian, bahkan selagi menanak Nasi dia *berdoa*, dia ucapkan doa baik buat *Petani yang menanam, doakan Pedagang yang berjualan, doakan Pengendara yang membawa beras ini, doakan Petani yang menggiling padi menjadi beras".*_
_"Bahkan Ikan yang dimasakpun mama selalu mendoakan, sehingga *apa yg kita makan sudah di syukuri sudah di ikhlaskan*, sudah di seimbangkan._
_Kamu ngerti kan ?"_
Sang ayah mencoba menekankan perkataannya agar si anak faham.
Anak tadi termangu, begitupun saya yang turut mendengar.
Tak lama ayahnya menerima telpon tanpa saya jelas mendengar percakapanya, hanya beberapa kata terdengar oleh saya : ....... _"Iya, saya dibawah fly over, iya, iya, iya ..."._ hanya itu yang saya dengar.
_"Berapa ? ....... 5 menit, iya kami tunggu"._
Hujan tidak reda juga dan enam menit kemudian, sebuah *Alphard* warna hitam tepat berhenti didepan mereka dan pintu terbuka.
_"Mamaaa .....!!!!"_ kata sang anak sambil naik kemobil tersebut.
Kemudian supir mobil tersebut keluar, bertukar posisi dengan sang ayah.
Sang supir membawa motor dan sang ayah mengemudikan mobil tersebut.
Saya termangu lama menyaksikan fenomena ini, ada beberapa orang juga yang memperhatikan seperti saya.
Sang ayah santun sekali, karena kami semua *disapa* dengan kalimat, _"permisi, mohon maaf ya, kami duluan, permisi"_.
Hampir ke semua orang yang ada disekitar dia dan ada beberapa yang dia salami.
Melihat itu pikiran saya melayang, eehhhmmm ....... rupanya ini *TRAINING DAY* sang ayah ke anaknya untuk melihat sisi lain dari kehidupan, entah mengapa saya merasa malu, saya tutup wajah saya dengan helm, saya senang sekali pelajaran *parenting* yang diajarkan olehnya ke anaknya.
Saya berkata dalam hati, _*"Terima kasih yaa Allah ..... Alhamdulillah, hari yang luar biasa untuk pelajaran Mu yang didapat"*_
*Berpikir dan berkata positif tentang orang lain ataupun untuk diri sendiri itu penting...Karena pikiran positif dan perkataan positif akan kembali kepada dirimu sendiri.* . . .
Barakallahu fiikum🙏🏽🙏🏽
Tags:
Sumber WA