ADAB BUANG HAJAT 5: LARANGAN MENGHADAP KIBLAT

ADAB BUANG HAJAT 5: LARANGAN MENGHADAP KIBLAT

Dalam masalah ini ada beberapa hadits yang menjelaskan,
  1. Hadits Abu Ayyub Al-Anshori, bahwasanya Rosulullah صلي الله عليه وسلم bersabda:
إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ اْلغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلِ اْلقِبْلَةَ وَلاَ يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ

“Apabila salah seorang diantara kalian buang hajat, maka janganlah ia menghadap kiblat atau membelakanginya!” (HR. Bukhori 144, Muslim 264).
  1. Dari Jabir bin Abdullah dia berkata:
نَهَى اْلنَّبِيُّ صلي الله عليه وسلم أَنْ نَسْتَقْبِلَ اْلقِبْلَةَ بِبَوْلٍ فَرَأَيْتُهُ 
قَبْلَ أَنْ يُقْبَضَ بِعَامٍ يَسْتَقْبِلُهَا

“Nabi صلي الله عليه وسلم melarang kami menghadap kiblat ketika buang hajat, akan tetapi aku melihatnya menghadap kiblat setahun sebelum wafatnya.” (HR. Tirmidzi 9, Abu Dawud 13, Ibnu Majah 325, Ibnu Khuzaimah 58, Ahmad 5/515, Ibnu Hibban 1320, Ibnu Jarud 31, dihasankan oleh Al-Albani dalam shohih sunan Abu Dawud.)
  1. Hadits Abdullah bin Umar dia berkata:
إِنَّ نَاسًا يَقُوْلُوْنَ إِذَا قَعَدْتَ عَلىَ حَاجَتِكَ فَلاَ تَسْتَقْبِلِ اْلقِبْلَةَ وَلاَ بَيْتَ اْلمَقْدِسِ فَقَالَ عَبْدُ اللهِ بْنِ عُمَرَ : لَقَدْ اِرْتَقَيْتُ يَوْمًا عَلىَ بَيْتٍ لَنَا فَرَأَيْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلي الله عليه وسلم عَلىَ لَبِيْنَتَيْنِ مُسْتَقْبِلاً بَيْتَ اْلمَقْدِسِ

“Sesungguhnya manusia berkata; apabila buang hajat janganlah menghadap kiblat atau baitul maqdis, padahal suatu hari aku pernah naik rumah saudara perempuanku(Hafshoh), dan aku melihat Rosulullah صلي الله عليه وسلم buang hajat dengan menghadap Baitul Maqdis.” (HR. Bukhori 145, Muslim 266).


Hadits-hadits diatas nampaknya bertentangan satu sama lain, karena itu para ulama berselisih tajam dalam masalah ini, apakah hukum menghadap kiblat dan membelakanginya ketika buang hajat bersifat mutlak, baik pada bangunan maupun tanah lapang??!. Hadits Abu Ayyub berfaidah larangan menghadap kiblat dan membelakanginya secara mutlak, sedangkan hadits Jabir menjelaskan bahwa akhir perkara Rosulullah صلي الله عليه وسلم menunjukkan bolehnya menghadap kiblat, sementara hadits Abdullah bin umar menunjukkan bolehnya membelakangi kiblat tidak menghadapnya pada bangunan atau yang semisalnya. 
Yang benar dalam masalah ini, adalah pendapat jumhur ulama yang mengkompromikan dali-dalil yang ada, bahwa menghadap kiblat dan membelakanginya dilarang pada tanah lapang atau tempat yang tidak ada penutup dan pembatasnya, adapun pada bangunan atau tempat yang ada penutup dan pembatasnya maka dibolehkan. 
Inilah pendapat yang dipilih oleh Al-Abbas bin Abdul Mutholib, Abdullah Bin Umar, Syabi, Ishaq Bin Rohawaih, Imam Malik dan Syafii. (Lihat Syarah Shohih Muslim 2/497). Juga pendapat para Ulama lainnya seperti Imam Nawawi dalam Majmu Syarah Muhadzzab (2/93), Al-Hafidz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari (1/323), Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni (1/221), As-Shonani dalam Subulus Salam (1/162), Syaikh Ibnu Baz dalam Fatawanya (10/35), Lajnah Daimah (5/95, no.4480) dan Ibnu Utsaimin dalam Fatawanya (11/111). Wallahu Alam.

Mei Inarti

Seorang Guru Sekolah dan Ibu Rumah Tangga

Post a Comment

Previous Post Next Post